Oleh: Lasog
Mungkin di zaman ini, bom Molotov lebih sering digunakan secara asal-asalan oleh para agen kekerasan amatir. Namun bagi tentara Finlandia yang tengah berjuang mempertahankan kemerdekaan negaranya dari agresi liar Uni Soviet pada musim dingin 1939-1940, bom Molotov adalah senjata taktis dan strategis yang ampuh serta memiliki peran penting dalam banyak perlawanan di Finlandia pada masa itu.
Sejarah penamaan "bom ssederhana" ini pun mempunyai cerita yang unik dan penuh jenaka. Mengapa bisa demikian? Ya, "Molotov” merupakan joke yang diciptakan oleh tentara Finlandia untuk Menteri Luar Negeri Uni Soviet, Vyacheslav Molotov dan salah satu arsitek Pakta Molotov-Ribbentrop, sebuah kesepakatan non-agresi antara Nazi Jerman dan Uni Soviet yang ditandatangani pada 23 Agustus 1939.
Dua pemain besar ini bersepakat untuk tidak saling menyerang atau saling melemahkan. Hal ini melegitimasi kedua pihak untuk menginvasi negara-negera yang lemah, terutama dipusatkan di sekitar negara-negera skandinavia. Jerman menginvasi Polandia pada 1 September 1939. Dan Soviet menyerbu Finlandia pada 30 November 1939 dan kemudian memulai apa yang kemudian disebut dengan Winter War.
Dalam waktu yang singkat, nama Molotov menjadi bahan lelucon para tentara Finlandia paaca Uni Sovyet menginvasi Finlandia. Terlebih ketika aksi-aksi pemboman jarak jauh terhadap Helsinki, ibu kota Finlandia, dipropagandakan oleh Molotov sebagai bentuk pengiriman bantuan kemanusiaan Soviet bagi orang-orang Finlandia yang saat itu diklaimnya tengah kelaparan akibat krisis politik internal. Bom-bom ini dinamakan secara sarkastik oleh tentara Finlandia sebagai “keranjang-keranjang roti Molotov”.
Dan sebagai balasannya, ketika tentara Finlandia berhasil memproduksi masal bom-bom bakar ini untuk menyerang tank-tank Uni Sovyet, mereka menamakan senjata barunya tersebut sebagai “koktail Molotov”; sebuah kelakar, minuman pelengkap untuk keranjang-keranjang roti Molotov”.
Namun jika kita tarik lebih jauh lagi, bom Molotov ini sebenarnya sudah pernah digunakan dalam Perang Sipil Spanyol 1936 oleh tentara Nasionalis untuk menyerang tank-tank tentara Republik yang berkeliling disepanjang jalan di Spanyol. Namun nama Molotov ini baru diciptakan oleh tentara Finlandia, dan penggunaannya sebagai senjata alternatif bagi pertahanan sipil menyebar secara masif pada Perang Dunia II, terutama banyak digunakan di Inggris untuk menghadapi invasi Jerman.
Hingga Cold War atau Perang dingin berakhir, setidaknya 450.000 botol-botol koktail Molotov sudah diproduksi di Finlandia dan setengah lebih sudah digunakan untuk membakar sedemikian banyak aset-aset militer Soviet, baik tentara maupun tank. Setidaknya 363.000 tentara Soviet yang menggunakan artileri dan perlengkapan perang yang mendukung harus tewas dan 70.000 tentara Finlandia tewas akibat perlawanan yang menggunakan "bom sederhana" ini yang menggambarkan begitu efektifnya menekan penyerangan Uni Sovyet atas Finlandia.
Soviet memang menang, tetapi dihantui oleh kekalahan secara statistik yang cukup memalukan. Uni Sovyet yang terkenal digdaya dalam bidang militer dan perang harus terlunta-lunta menghadapi Finlandia yang kecil dan bahkan tidak siap untuk berperang tersebut.
Tentu saja bagi Molotov, seorang diplomat berdarah dingin dan kawan dekat Joseph Stalin ini, penyematan namanya ini merupakan sesuatu yang tidak akan bisa ia apresiasi positif, seperti ditulis oleh sejarawan Simon Sebag Montefiore dalam Stalin: The Court of the Red Star. Ironisnya, bom Molotov justru kerap digunakan oleh para demonstran anti-komunis, seperti dalam Revolusi Hungaria pada 1956.
Lalu bagaimana kabar Molotov dinegeri ini? Apakah ia masih berani hadir dalam aksi-aksi protes atau demo? Apakah masih ia mempunyai tempat untuk digunakan sebagai senjata dan pertahanan terbaik daripada memakai senjata semi-otomatis yang digunakan pihak-pihak represi yang dianggap menjaga stabilitas? Sebenarnya bom Molotov juga pernah hadir dalam sejarah Indonesia. Ada tokoh Herman Johannes, pahlawan nasional dan Rektor Universitas Gadjah Mada (1961-1966), yang tercatat sebagai ahli dalam membuat bom Molotov serta agitator dalam serangkaian peledak lain dalam masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia (1945-1949).
Sebenarnya penggunaan Molotov ini sudah sangat sering digunakan pada masa Order lama, Orde Baru atau bahkan pasca Reformasi. Soe Hok Gie, salah satu mahasiswa yang ikut demostran pada masa Orde Baru pernah mencetuskan aksi pelemparan bom Molotov selama masa-masa demonstrasi Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) tahun 1966.
Lalu menjadi pertanyaan yang fundamental, Apakah Molotov masih akan hadir dalam semua tindakan perlawanan di negeri ini dari pihak-pihak yang mengaku dirinya "penjaga keamanan" negeri maritim ini? Apakah masih efektifkah "bom sederhana" ini dibandingkan senjata semi-otomatis? Mari Kita kembalikan pada teman-teman yang mempunyai jiwa-jiwa revolusioner dan menganggap insureksi adalah sebuah pertunjukan yang indah seperti halnya perlawanan di negara dimana istilah dan wujud Molotov lahir.
0 komentar:
Posting Komentar